Sebelum kain gasa ( kain screen ) ada di indonesia ini, kata “sablon” sudah ada duluan, ( setidaknya setahu saya ), karena waktu kecil Ibu saya sudah mengerjakan Sablon. ( sekitar tahun 1960 an ) . Tetapi tidak seperti sablon saat ini, yang menggunakan kain screen. Waktu itu ibu saya melukis diatas kain yang mengkilap, namanya kain Satin. Catnya memakai cat lukis, cat yang dipakai juga tidak sembarang cat, Ibu memakai cat Rembrant ( asli loh). Katanya mahal sekali. Sekarangpun kalau ada pastilah mahal.

sablon, kertas decal
sablon manual, memakai kain screen /kasa

Itulah sekedar sekelumit cerita dari kata ” Sablon”. Setelah itu sablon berkembang pesat, luar biasa. Apalagi setelah komputer masuk ke Indonesia ini dimana huruf bisa dihasilkan dengan baik, menggeser keberadaan “Rugos” adalah huruf yang bila digosok bisa dipindah kekertas atau plastik untuk film. Ditempel dan digosok satu persatu sehingga membentuk suatu kalimat.

Sampai sekarangpun sablon masih dipakai, tetapi sudah banyak yang tergeser, misalnya. Sablon spanduk sudah digeser oleh cetak digital, dan banyak lainnya yang direbut oleh digital, misalnya lagi: kartu nama, printing mug, sablon kaos, cetak foto konvensional, film kamera, dan yang terakhir adalah printing mug yang tahan gores, dimana hasilnya harus dibakar 500-600 derajat celcius. Inipun akan tergeser oleh digital. Sementara yang sekarang cetak digital mug tidak ada yang tahan gores.

Cetak digital mug yang sekarang akan tergantikan dengan cetak digital yang memakai tinta pigment warna keramik. dimana hasilnya akan tahan gores dan tahan selamanya.