Ilmu tidak pernah habis
Semakin belajar sesuatu, makin terasa masih bodoh.
Itulah pengalaman saya waktu masih muda. Waktu itu umur saya masih 22 tahun, ketika bekerja di pabrik keramik SAKI probolinggo.
Saya baru mengenal keramik, dan baru satu tahun saya sudah merasa pintar. Waktu itu ada ahli keramik dari jepang, namanya Mitzuno.
Saya memanggilnya Mitzuno sang. Memang dia ahli beneran, terutama urusan glasir. Saya katakan ahli beneran, karena pengalaman saya sampai sekarang banyak orang yang mengaku ahli tetapi sebenarnya “0” besar.
meskipun sudah tua tidak menjamin seseorang sebagai ahli. Memang,… tetapi yang sampai sekarang saya selalu ingat yang dikatakan MItzuna sang kepada saya, bahwa seseorang bisa mengerti keramik, minimal 20 tahun.
20 tahun? ya,waktu itu karena saya sudah merasa pintar, kata-kata itu tidak saya percayai. kenyataan saya sampai sekarang masih bodoh, dan masih belajar terus.
Tetapi apakah ini berlaku pada jaman sekarang? dimana informasi di Internet yang tak terbendung?
Apakah masih berlaku pada anak muda sekarang? yang dari kecil sudah mengenal tehnologi yang sudah canggih?
Memang belajar keramik itu sangat komplek. Misalnya kalau bahan mengalami masalah seperti kalis ( crawling ) tidak bisa kita menentukan ini disebabkan karena glasirnya saja, misalnya.
Harus dilihat juga apakah tangannya berminyak? apakah bahan green warenya kotor berdebu, trus kenah air sehingga debu lengket? apakah penyusutan bahan bodynya sesuai? Apakah bahan body masih kasar atau kehalusan?
itulah yang akan saya posting disini nanti. Setidaknya pengalaman pahit saya tidak terulang di tempat anda.
Senang rasanya bisa membantu anda. Apalagi bila anda mau menyumbangkan pikiran atau ide-ide tentang keramik di website ini.
Terima kasih atas perhatian anda, saya akan terus menulis.
Bagaimana pendapat anda?