Measure the melting point glaze, atau mengukur titik leleh glasir.
Kegunaan pengukuran ini untuk mengetahui berapa tingkat pelelehan suatu glasir pada temperatur tertentu. Biasanya saya menggunakan untuk mengetahui:
1. Apakah temperatur tungku yang satu sama temperaturnya dengan tungku yang lain, dengan menggunakan bahan glasir yang sama untuk pengetesan. Meskipun saya sudah menggunakan termocouple pada setiap tungku, dan menetapkan temperatur tertentu, tetapi hasilnya pembakaran tidak sama pemanasan yang diterima oleh barang keramik didalamnya.
Misalnya tungku A dan B sudah ditetapkan temperatur dan waktu pembakaran, kadang tungku A hasilnya lebih matang dari tungku B. Bila menggunakan cara pengetesan tersebut, bisa diketahui tingkat pelelehan dimana sudut tungku yang lebih matang, karena mungkin disebabkan adanya kebocoran pada sisi tungku, sehingga angin dingin masuk dari luar, yang akan mengacaukan pengukuran pada termocouple yang posisinya berada dibagian atas tungku.
2. Bila saya akan membuat glasir baru, apakah titik lelehnya mencukupi, dengan membandingkan dengan glasir yang saya pakai sebelumnya pada temperatur dan tungku yang sama.

Bahan yang dibutuhkan :

  1. Satu set besi untuk mencetak glasir
  2. Bubuk Glasir kering
  3. Cairan perekat glasir
  4. Keramik tempat meletakkan glasir yang sudah dicetak.
  5. Lempengan Bahan untuk melindungi papan bakar dari pelelehan glasir yang berlebihan.

1.Satu set besi untuk mencetak glasir

Buatlah besi yang dibubut seperti gambar dibawah untuk membuat cetakan glasir , lebih baik lagi kalau terbuat dari stainless atau tembaga agar tidah mudah karat.

Keterangan gambar : A. posisinya berada diatas untuk menekan /memadatkan glasir dengan cara dipukul. B. Posisi berada dibawah potongan C. Glasir dimasukkan pada lubang besi C, setelah besi B dipasang dibawahnya. Selalu lapisi bagian dalam dengan pelumas atau minyak tanah setelah mencetak agar glasir mudah dikeluarkan.

 

2.Bubuk Glasir kering

Glasir dikeringkan lebih dulu, buatlah agak banyak mungkin untuk satu bulan atau lebih, campurkan air yang sudah dicampur sedikit perekat, supaya glasir yang sudah tercetak tidak mudah hancur bila disimpan untuk waktu yang lama. Setelah bubuk glasir sudah dicampur cairan perekat dengan rata, timbang 5 gram, masukkan ke besi cetakan, padatkan dengan memakai pemukul ( palu ). Buka dulu besi (B), setelah itu balik cetakan sehingga besi ( A ) berada dibawah, tekan atau hentakkan pada meja kayu agar glasir bisa keluar, kalau hancur, tambahkan cairan perekat.

3.Cairan perekat glasir

Cairan perekat bisa dibuat menggunakan perekat dari tepung tapioca, PVA ( polyvinyl alcohol ), CMC, Dextrin, dan lainnya asalkan water base ( larut dalam air ). Perekat yang digunakan hanya sedikit, kalau memakai perbandingan air dibanding cairan perekat  10 : 1.

4.Keramik tempat meletakkan glasir yang sudah dicetak.

Keramik ini dibuat cetakan dulu, agar bisa membuat dalam jumlah banyak. Karena saya membutuhkan sebanyak 6 buah setiap hari untuk ketiga tungku, diletakkan bagian depan kereta tungku dan bagian belakang kereta tungku. Ukuran keramik bisa anda lihat dibawah ini

Dibuat garis-garis melintang untuk mengukur panjang lelehan.

5.Lempengan Bahan untuk melindungi papan bakar dari pelelehan glasir yang berlebihan.

Lempengan keramik yang saya buat hanya dituangkan diatas gypsum datar, selebar 1X1meter, agar tebal lempengan keramik bisa sama, papan gypsum diukur dengan water pass, yang biasa digunakan oleh tukang batu. Dan cairan keramik dimasukkan gelas plastic yang besarnya sudah saya tentukan volumenya, sehingga akan menghasilkan ketebalan tertentu yang sama. Setelah cairan bahan tadi airnya habis teresap oleh gypsum, mulai dipotong –potong selebar kurang lebih 7X5 cm . setelah kering lempengan ini diletakkan dibawah keramik untuk test glasir, agar waktu pembakaran lelehan glasir yang berlebihan tidak merusak papan pembakaran. Agar lempengan tadi tidak melengkung, pengeringan dilakukan perlahan, jangan dijemur dipanas matahari atau pemanas buatan.