Ini adalah cerita dari Robinson Crusoe.
Ketika akan membuat roti, saya membutuhkan beberapa wadah. Saya membutuhkan beberapa buah wadah untuk segala keperluan.
Membuat wadah dari kayu adalah pekerjaan cukup memerlukan kerja keras. Pasti terpikir mengapa tidak dari besi atau logam lainnya? (Tetapi dimana ada pada pulau yang asing dan hanya dia sendiri disana?). Tetapi mengapa tidak membuat wadah dari tembikar saja.
Kalau saya bisa menemukan tanah liat yang baik, saya akan membuat pot yang cukup kuat.
Setelah melewati beberapa kesulitan, saya menemukan tanah liat. Kemudian saya berpikir untuk membuat bentuk pot dan beberapa wadah..
Kamu akan tertawa bila melihat hasil karya saya yang pertama, bagaimana jeleknya. Beberapa jatuh sendiri setelah dibentuk, beberapa jatuh ketika diangkat akan dipindahkan tempat.
Setelah saya bekerja selama 2 bulan, saya hanya punya dua guci besar yang bagus menurut saya.
Saya gunakan untuk wadah beras dan gandum. Setelah itu saya membuat barang dari gerabah yang kecil-kecil seperti piring, teko dan beberapa botol kecil, dan gelas bir.
Semuanya hanya dipanasi dengan sinar matahari., terlihat cukup kuat. Tapi tentunya tidak bisa menahan air atau panasnya api untuk masak.
Suatu hari saya memasak daging untuk makan malam, saya membuat api pemasan yang cukup panas, ketika selesai makan, saya menyapu dan memadamkan pengapian dengan menuangkan air diatasnya. Tidak sengaja botol kecil saya dari tanah liat terjatuh kedalam api dan pecah.Saya tidak mengambilnya, meninggalkan diatas pengapian yang masih panas.
Keesokan harinya saya menyapu membersihkan bekas bara pengapian, saya menemukan potongan botol yang pecah. Saya terkejut melihat bahwa pecahan botol itu menjadi sekeras batu dan berwarna merah seperti ubin.
“ Jika pecahan tanah liat itu bisa keras dibakar seperti itu?” kataku, “ mengapa tidak mencoba untuk membuat guci utuh dijadikan sekeras itu ?”
Saya belum pernah melihat tembikar dibuat, tidak tahu cara membuat tungku untuk membakar pot, saya belum pernah mendengar gerabah yang permukaannya mengkilap.
Tapi saya memutuskan untuk melihat apa yang bisa dilakukan. Saya menaruh beberapa pot dan tempayan kecil ditumpukan, menumpuk satu dengan lainnya, dan menempatkan kayu kering diantaranya dan kemudian membakarnya.
Secepat kayu terbakar, saya menumpuk potongan kayu lainnya diatas api, Api panas meraung dan berputar, semua guci dan pot membara dan merah. Saya terus membakar sepanjang hari, terlihat pot menjadi panas dan merah. Setelah itu saya biarkan api turun sedikit demi sedikit. Saya menyaksikannya sepanjang malam, karena aku tidak menginginkan pendinginannya terlalu cepat.
Dipagi harinya saya melihat tiga pot tanah yang sangat baik, meskipun tidak cantik. Tetapi mereka keras seperti batu dan bisa menahan air. Saya punya dua guci halus juga, salah satunya dilapisi dengan pasir yang meleleh.
Setelah itu saya membuat semua panci, guci, dan piring yang saya butuhkan, dengan segala bentuk dan ukuran.
Anda akan tertawa bila melihat hasil karya saya. Tentu saja saya belum mahir untuk membuatnya, saya seperti layaknya anak-anak yang sedang membuat kue lumpur.
Tapi betapa senangnya saya telah memiliki cawan / wadah yang bisa tahan api untuk memasak.
Saya tidak sabar untuk menaruh air didalamnya dan merebus daging.
Malam itu aku memasak sup penyu dan kaldu gandum untuk makan malam.
Artikel aslinya :
http://www.mainlesson.com/display.php?author=baldwin&book=crusoe&story=potter&PHPSESSID=37d4eaace85bf4197dfbba2fdd885a92