TEMPO Interaktif, Bandung – Empat pistol sejenis tampak berjejer. Di tiap ujung larasnya tergantung balon hijau muda. Masing-masing balon digambari kantong duit dan tumpukan uang receh, telepon genggam, berlian, dan yang paling ujung berupa tanda tanya. Tanda itu menunjukkan cerita belum berakhir.

Instalasi itu seperti merekam berbagai peristiwa kriminal sejenis tentang kekerasan untuk mendapat harta atau benda berharga. Untungnya, pistol itu tidak akan meletus karena hanya terbuat dari keramik. Karya Luthfi Anwar berjudul Halal itu menjadi salah satu pengisi pameran bersama keramik bertajuk “Cerita Kami Tentang Hidup”.

Selain Luthfi, ada pula Bonggal J. Hutagalung, Danang Wijayakusuma, Ignasius Tommy, Maria Josephina, Rizki Andina, Sekarputri, Yugie Kartaatmaja, dan Zulkarnaen Omar Andries. Pameran yang digelar segelintir seniman keramik muda itu berlangsung 12 hingga 22 Januari di Pusat Kebudayaan Prancis (CCF) Bandung, Jawa Barat.

Keramik dalam pameran ini ada yang tampil sendiri, seperti empat pasang sepatu kasual dewasa karya Maria Josephina yang berjudul Atributif. Demikian juga Monyet-monyet Pengharap buatan Danang Wijayakusuma berupa 20 ekor monyet kecil sedang duduk berbaris dan menghadap pemimpinnya.

Pada kebanyakan kreasi, keramik hadir berpasangan dengan media lain seperti meja di ruang makan. Suasana rumah itu diusung Sekarputri untuk mengangkat tema kekerasan dalam rumah tangga berjudul Bad Defense.

Sekar memasang permukaan meja bundar bergaris tengah sekitar 1 meter pada dinding. Penempatan itu membuat pengunjung seakan melihat meja itu tepat dari atas. Di atas meja berwarna putih tersebut, sehelai taplak kain brokat hijau menempel berantakan.

Piring-piring dan wadah keramik berbentuk lingkaran serta persegi panjang menindih taplak. Pada bagian dasar enam keramik, tampak wajah lelaki, perempuan, dan seorang anak kecil. Mereka terlihat kecewa, putus asa, sedih.

Hulu atau muara suasana kelam itu diperjelas oleh tangan seorang lelaki dengan mulut menganga tengah menjambak rambut seorang perempuan. Tema itu diringkas oleh sebuah piring keramik coklat dengan bercak putih sehingga dari jauh terlihat seperti retak.

Menurut Sekarputri, pameran ini ingin menampilkan perasaan, masalah, dan pandangan pribadi masing-masing seniman mengenai hidup. “Kami berusaha mengapresiasi kejadian dalam hidup kami melalui media keramik,” ujarnya. Keramik sendiri telah menjadi bagian dari hidup mereka.

Penulis artikel : ANWAR SISWADI

Judul asli artikel : Kisah Hidup Tergelar Lewat Keramik

Sumber artikel : http://www.tempointeraktif.com/hg/seni/2011/01/20/brk,20110120-307698,id.html